Juni penghujan membawa cerita-cerita sendu tentang kehidupan. Kala penopang utama dalam rumah tangga direnggut oleh kebutaan penguasa. Lalu orang-orang itu ditinggal dalam kehampaan. Emosi kemudian memuncak yang sewaktu-waktu bisa menikam jiwa.

Sementara itu, ada pula orang-orang yang tidak menetapkan aturan dengan konsisten. Aturan penting tentang pemberian hak pembayaran. Jika kau lupa ambil hak, jangan harap mereka akan memberikannya kepadamu.

Kemudian ada seorang pelajar yang sedang menyelesaikan sekolah sambil bekerja. “Usaha orangtua saya sedang turun,” katanya memberi alasan. Jika tidak bekerja, upaya lulus bisa jauh di mata.

Cerita-cerita itu saling memantul di dalam pikiran saya. Memberikan berbagai pandangan “menurut saya”. Apa masih dibutuhkan teori motivasi jika sudah terjebak dalam jurang? Semoga masih ada bebatuan yang bisa dipanjat. Atau Tuhan bersedia mengirimkan penolong yang menurunkan tali untuk mengangkat mereka kembali ke atas. 

*) tulisan yang seharusnya saya unggah bulan juni, namun (ternyata) gagal. Mungkin saat itu sinyal internet sedang lelah.

Leave a comment